Shinkansen
juga disebut kereta peluru (bullet train) adalah rangkaian jalur kereta
kecepatan tinggi yang di kelola oleh empat perusahaan kereta Jepang.
Diawali dengan Shinkansen Tokaido pada tahun 1964, jaringan ini
berkembang hingga saat ini sudah memiliki jalur dengan total panjang
2.387,7 km yang dapat dilalui oleh kereta Shinkansen dengan kecepatan
maksimum 240 - 300 km / jam. Jaringan jalur kereta menghubungkan hampir
seluruh kota besar di pulau Honshu dan Kyushu, dengan pembangunan jalur
penghubung menuju bagian utara pulau Hokkaido. Pada sesi percobaan,
kecepatan yang dicapai adalah 443 km / jam melalui jalur kereta
konvensional pada tahun 1996 dan kecepatan 581 km / jam menggunakan
jalur kereta teknologi Maglev pada tahun 2003.
Kata Shinkansen sendiri digunakan untuk menyebutkan sistem kereta kecepatan tinggi maupun jenis kereta nya.
Shinkansen Tokaido adalah jalur kereta api kecepatan tinggi paling sibuk di dunia. Tercatat pada kuartal pertama tahun 2008, sebanyak 151 juta penumpang per tahun sudah diangkut. Rute Tokyo dan Osaka dilalui lebih dari 13 kereta yang masing-masing memiliki enam gerbong per jamnya, dengan beda waktu sekitar 3 menit tiap kereta, total kapasitas mencapai 1.323 tempat duduk.
Jepang adalah negara pertama yang membangun jalur kereta kecepatan tinggi. Karena medan yang berbukit, jaringan kereta yang ada tidak dapat digunakan untuk kereta kecepatan tinggi. Berkat usaha Hideo Shima (Chief Engineer) dan Shinji Sogo (Presiden pertama dari Japan National Railways) melobi para politisi serta peran aktif beberapa tokoh kunci lain, kereta Shinkansen pertama akhirnya dibuat. Tadanao Miki, Tadashi Matsudaira dan Hajime Kawanabe yang berasal dari Railway Technology Research Institute berperan dalam pengembangan teknis dan bertanggung jawab atas terwujudnya jalur perdana yaitu Shinkansen Tokaido.
Proposal awal untuk kereta peluru diberikan karena desain kereta Shinkansen seri 0 mempunyai bentuk yang mirip dengan peluru, proyek ini diawali di tahun 1930. Nama Shinkansen digunakan secara formal pada tahun 1940 untuk kereta penumpang dan barang untuk jalur Tokyo dan Shimonoseki, yang rencananya akan menggunakan lokomotif uap dan listrik dengan kecepatan maksimum 200 km / jam. Selama tiga tahun, menteri kereta api mengusulkan rencana yang lebih ambisius, yaitu mengembangangkan jalur sampai ke Beijing, melewati terowongan di Korea bahkan sampai ke Singapura, serta membangun jalur penghubung melewati Siberia dan negara Asia lainnya. Rencana ini kemudian dibatalkan karena posisi Jepang yang semakin memburuk pada masa perang dunia ke dua. Beberapa terowongan yang digunakan Shinkansen saat ini adalah peninggalan proyek ini
Pada akhir perang dunia ke dua, konsep kereta kecepatan tinggi dilupakan untuk sementara. Penggunaan kereta penumpang dan barang semakin meningkat seiring dengan pembenahan industri dan ekonomi negara Jepang. Pada pertengahan tahun 1950 dengan jalur Tokaido yang sudah beroperasi dengan kapasitas penuh, menteri kereta api memutuskan untuk membuka kembali proyek Shinkansen. Odakyu Electric Railway memperkenalkan kereta seri 3000 bernama SE "Romancecar" pada tahun 1957 dan berhasil memecahkan rekor kecepatan dunia pada 145 km / jam. Rekor ini membuat para perancang merasa yakin akan kemungkinan merancang kereta yang lebih cepat dan aman, sehingga lahirlah Shinkansen seri 0.
- Shinkansen Seri 0
Kata Shinkansen sendiri digunakan untuk menyebutkan sistem kereta kecepatan tinggi maupun jenis kereta nya.
Shinkansen Tokaido adalah jalur kereta api kecepatan tinggi paling sibuk di dunia. Tercatat pada kuartal pertama tahun 2008, sebanyak 151 juta penumpang per tahun sudah diangkut. Rute Tokyo dan Osaka dilalui lebih dari 13 kereta yang masing-masing memiliki enam gerbong per jamnya, dengan beda waktu sekitar 3 menit tiap kereta, total kapasitas mencapai 1.323 tempat duduk.
Jepang adalah negara pertama yang membangun jalur kereta kecepatan tinggi. Karena medan yang berbukit, jaringan kereta yang ada tidak dapat digunakan untuk kereta kecepatan tinggi. Berkat usaha Hideo Shima (Chief Engineer) dan Shinji Sogo (Presiden pertama dari Japan National Railways) melobi para politisi serta peran aktif beberapa tokoh kunci lain, kereta Shinkansen pertama akhirnya dibuat. Tadanao Miki, Tadashi Matsudaira dan Hajime Kawanabe yang berasal dari Railway Technology Research Institute berperan dalam pengembangan teknis dan bertanggung jawab atas terwujudnya jalur perdana yaitu Shinkansen Tokaido.
Proposal awal untuk kereta peluru diberikan karena desain kereta Shinkansen seri 0 mempunyai bentuk yang mirip dengan peluru, proyek ini diawali di tahun 1930. Nama Shinkansen digunakan secara formal pada tahun 1940 untuk kereta penumpang dan barang untuk jalur Tokyo dan Shimonoseki, yang rencananya akan menggunakan lokomotif uap dan listrik dengan kecepatan maksimum 200 km / jam. Selama tiga tahun, menteri kereta api mengusulkan rencana yang lebih ambisius, yaitu mengembangangkan jalur sampai ke Beijing, melewati terowongan di Korea bahkan sampai ke Singapura, serta membangun jalur penghubung melewati Siberia dan negara Asia lainnya. Rencana ini kemudian dibatalkan karena posisi Jepang yang semakin memburuk pada masa perang dunia ke dua. Beberapa terowongan yang digunakan Shinkansen saat ini adalah peninggalan proyek ini
Pada akhir perang dunia ke dua, konsep kereta kecepatan tinggi dilupakan untuk sementara. Penggunaan kereta penumpang dan barang semakin meningkat seiring dengan pembenahan industri dan ekonomi negara Jepang. Pada pertengahan tahun 1950 dengan jalur Tokaido yang sudah beroperasi dengan kapasitas penuh, menteri kereta api memutuskan untuk membuka kembali proyek Shinkansen. Odakyu Electric Railway memperkenalkan kereta seri 3000 bernama SE "Romancecar" pada tahun 1957 dan berhasil memecahkan rekor kecepatan dunia pada 145 km / jam. Rekor ini membuat para perancang merasa yakin akan kemungkinan merancang kereta yang lebih cepat dan aman, sehingga lahirlah Shinkansen seri 0.
- Shinkansen Seri 0
- Shinji Sogo
Shinji Sogo adalah tokoh yang terus memperjuangkan kemungkinan adanya kereta kecepatan tinggi, walaupun pada masa itu, banyak yang percaya bahwa kereta akan kalah saing dengan perjalanan udara dan jalan tol seperti di Amerika dan negara Eropa lainnya. Berkat peran presiden Japan National Railways itulah, proyek Shinkansen terus berjalan. Persetujuan pemerintah dikeluarkan pada akhir 1958, sehingga bagian pertama dari jalur Shinkansen Tokaido yang menghubungkan Tokyo dan Osaka dapat dimulai di awal kuartal kedua tahun 1959. Biaya pembangunan Shinkansen diperkirakan mencapai 200 Milyar Yen, yang diperoleh dari pinjaman pemerintah, saham perusahaan kereta dan pinjaman bunga rendah sebesar 80 Juta dolar dari bank dunia. Pada tahun 1963, biaya yang diperlukan ternyata mencapai 400 Milyar Yen, Sogo mengundurkan diri karena tanggung jawabnya.
Pada tanggal 1 Oktober 1964, Shinkansen Tokaido mulai beroperasi, bertepatan dengan Olimpiade Tokyo. Jasa kereta api biasa memerlukan waktu 6 jam 40 menit untuk mengantar penumpang dari Tokyo ke Osaka, sementara Shinkansen hanya memerlukan 4 jam untuk menempuh jarak tersebut, dan menjadi semakin cepat yaitu 3 jam lebih pada tahun 1965. Karena adanya teknologi ini, Tokyo dan Osaka dapat ditempuh dalam sehari sehingga mempengaruhi gaya hidup dan bisnis masyarakat Jepang. Dalam kurang dari 3 tahun, penumpang udah mencapai 100 juta orang, serta 1 milliar orang pada tahun 1976. Untuk melayani kegiatan Expo '70 di Osaka, kereta dengan 16 gerbong diperkenalkan.
Kesuksesan jalur Tokaido berperan besar dalam pengembangan ke arah Barat yaitu ke kota Hiroshima dan Fukuoka. Pada tahun 1975, jalur yang disebut Shinkansen Sanyo mulai beroperasi.
Perdana Mentri Kakuei Tanaka adalah pendukung Shinkansen dan pemerintahannya mengusulkan pengembangan jaringan kereta yang lebih luas. Dua jalur baru yaitu Shinkansen Tohoku dan Joetsu adalah hasil dari rencana tersebut. Karena tingginya biaya pembangunan, beberapa jalur terpaksa tertunda atau dibatalkan karena perusahaan kereta nasional Jepang terlilit hutang pada akhir tahun 70 an. Pada tahun 1987, perusahaan ini dibeli oleh pihak swasta.
Walaupun demikian, pengembangan teknologi Shinkansen terus berjalan. Beberapa model kereta baru bermunculan dengan penampilan yang berbeda. Saat ini, kereta jenis Shinkansen mampu menempuh kecepatan 300 km / jam, setara dengan kereta TGV milik Prancis, TAV milik Italia, AVE milik Spanyol dan ICE milik Jerman, semua adalah kereta api tercepat di dunia.
Sejak tahun 1970, pengembangan jalur Shinkansen Chuo sudah dilakukan. Pada akhir tahun 2003, sebuah kereta 3 gerbong jenis Maglev bernama JR-Maglev MLX01 memecahkan rekor kecepatan dunia dengan mencapai kecepatan 581 km / jam. [ catatan: Maglev adalah teknologi yang diterapkan untuk transportasi kereta menggunakan sifat-sifat magnet]. Pada tahun 2004, Jepang merayakan 40 tahun lahirnya kereta api kecepatan tinggi ditandai dengan catatan jalur Tokaido Shinkansen yang sudah melayani 4.16 miliar penumpang.
Dalam 45 tahun pelayanannya, tidak ada catatan kematian penumpang yang disebabkan oleh tabrakan maupun kereta yang terjungkal untuk jasa Shinkansen yang sudah digunakan oleh hampir 7 miliar penumpang, kecuali yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa dan badai taifun. Catatan kereta yang keluar jalur adalah pada gempa bumi Chuetsu pada tanggal 23 Oktober 2004, dimana 8 dari 10 gerbong kereta no 325 jalur Shinkansen Joetsu mengalami kejadian tersebut dekat stasiun Nagaoka. Tidak ada korban jiwa diantara ke 154 penumpang. Pada kejadian gempa bumi, sistem deteksi yang dipasang di kereta akan bekerja dan menghentikan kereta dengan cepat, peralatan anti jungkal (anti-derailment) juga dipasang setelah para ahli mempelajari kejadian.
Shinkansen sangat mempengaruhi kehidupan bisnis, ekonomi, sosial, lingkungan dan kebudayaan Jepang. Dari segi waktu saja, ada penghematan sekitar 400 juta jam, sehingga memberikan dampak ekonomi sebear 500 miliar yen per tahun. Sebagian jalur Shinkansen juga menghubungkan kota di pinggiran seperti Kakegawa yang letaknya sangat jauh dari kota besar. Secara lingkungan, perjalanan Tokyo - Osaka dengan Shinkansen menghasilkan sekitar 16% kadar CO2 bila dibanding berkendara dengan mobil, sehingga terjadi pengurangan 15ribu ton CO2 per tahun nya.
Shinji Sogo adalah tokoh yang terus memperjuangkan kemungkinan adanya kereta kecepatan tinggi, walaupun pada masa itu, banyak yang percaya bahwa kereta akan kalah saing dengan perjalanan udara dan jalan tol seperti di Amerika dan negara Eropa lainnya. Berkat peran presiden Japan National Railways itulah, proyek Shinkansen terus berjalan. Persetujuan pemerintah dikeluarkan pada akhir 1958, sehingga bagian pertama dari jalur Shinkansen Tokaido yang menghubungkan Tokyo dan Osaka dapat dimulai di awal kuartal kedua tahun 1959. Biaya pembangunan Shinkansen diperkirakan mencapai 200 Milyar Yen, yang diperoleh dari pinjaman pemerintah, saham perusahaan kereta dan pinjaman bunga rendah sebesar 80 Juta dolar dari bank dunia. Pada tahun 1963, biaya yang diperlukan ternyata mencapai 400 Milyar Yen, Sogo mengundurkan diri karena tanggung jawabnya.
Pada tanggal 1 Oktober 1964, Shinkansen Tokaido mulai beroperasi, bertepatan dengan Olimpiade Tokyo. Jasa kereta api biasa memerlukan waktu 6 jam 40 menit untuk mengantar penumpang dari Tokyo ke Osaka, sementara Shinkansen hanya memerlukan 4 jam untuk menempuh jarak tersebut, dan menjadi semakin cepat yaitu 3 jam lebih pada tahun 1965. Karena adanya teknologi ini, Tokyo dan Osaka dapat ditempuh dalam sehari sehingga mempengaruhi gaya hidup dan bisnis masyarakat Jepang. Dalam kurang dari 3 tahun, penumpang udah mencapai 100 juta orang, serta 1 milliar orang pada tahun 1976. Untuk melayani kegiatan Expo '70 di Osaka, kereta dengan 16 gerbong diperkenalkan.
Kesuksesan jalur Tokaido berperan besar dalam pengembangan ke arah Barat yaitu ke kota Hiroshima dan Fukuoka. Pada tahun 1975, jalur yang disebut Shinkansen Sanyo mulai beroperasi.
Perdana Mentri Kakuei Tanaka adalah pendukung Shinkansen dan pemerintahannya mengusulkan pengembangan jaringan kereta yang lebih luas. Dua jalur baru yaitu Shinkansen Tohoku dan Joetsu adalah hasil dari rencana tersebut. Karena tingginya biaya pembangunan, beberapa jalur terpaksa tertunda atau dibatalkan karena perusahaan kereta nasional Jepang terlilit hutang pada akhir tahun 70 an. Pada tahun 1987, perusahaan ini dibeli oleh pihak swasta.
Walaupun demikian, pengembangan teknologi Shinkansen terus berjalan. Beberapa model kereta baru bermunculan dengan penampilan yang berbeda. Saat ini, kereta jenis Shinkansen mampu menempuh kecepatan 300 km / jam, setara dengan kereta TGV milik Prancis, TAV milik Italia, AVE milik Spanyol dan ICE milik Jerman, semua adalah kereta api tercepat di dunia.
Sejak tahun 1970, pengembangan jalur Shinkansen Chuo sudah dilakukan. Pada akhir tahun 2003, sebuah kereta 3 gerbong jenis Maglev bernama JR-Maglev MLX01 memecahkan rekor kecepatan dunia dengan mencapai kecepatan 581 km / jam. [ catatan: Maglev adalah teknologi yang diterapkan untuk transportasi kereta menggunakan sifat-sifat magnet]. Pada tahun 2004, Jepang merayakan 40 tahun lahirnya kereta api kecepatan tinggi ditandai dengan catatan jalur Tokaido Shinkansen yang sudah melayani 4.16 miliar penumpang.
Dalam 45 tahun pelayanannya, tidak ada catatan kematian penumpang yang disebabkan oleh tabrakan maupun kereta yang terjungkal untuk jasa Shinkansen yang sudah digunakan oleh hampir 7 miliar penumpang, kecuali yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa dan badai taifun. Catatan kereta yang keluar jalur adalah pada gempa bumi Chuetsu pada tanggal 23 Oktober 2004, dimana 8 dari 10 gerbong kereta no 325 jalur Shinkansen Joetsu mengalami kejadian tersebut dekat stasiun Nagaoka. Tidak ada korban jiwa diantara ke 154 penumpang. Pada kejadian gempa bumi, sistem deteksi yang dipasang di kereta akan bekerja dan menghentikan kereta dengan cepat, peralatan anti jungkal (anti-derailment) juga dipasang setelah para ahli mempelajari kejadian.
Shinkansen sangat mempengaruhi kehidupan bisnis, ekonomi, sosial, lingkungan dan kebudayaan Jepang. Dari segi waktu saja, ada penghematan sekitar 400 juta jam, sehingga memberikan dampak ekonomi sebear 500 miliar yen per tahun. Sebagian jalur Shinkansen juga menghubungkan kota di pinggiran seperti Kakegawa yang letaknya sangat jauh dari kota besar. Secara lingkungan, perjalanan Tokyo - Osaka dengan Shinkansen menghasilkan sekitar 16% kadar CO2 bila dibanding berkendara dengan mobil, sehingga terjadi pengurangan 15ribu ton CO2 per tahun nya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !