Headlines News :
Home » » 7 Tipe Dokter Yang Harus Diwaspadai

7 Tipe Dokter Yang Harus Diwaspadai

Written By FASBI on Sabtu, 04 Agustus 2012 | 06.18

Apa bedanya scan PET dan CAT? Apa bedanya antibiotik dan antidepresan? Sebagai orang awam, tentu Anda menyerahkan hal-hal semacam itu kepada profesional seperti dokter maupun farmasis.

Faktanya, 70 persen orang Amerika Serikat mengaku pasrah dan percaya begitu saja pada dokter pribadinya, bahkan orang-orang Amerika cenderung tidak menelaah saran dokternya atau mencari pendapat kedua.

Namun studi ini mengungkapkan bahwa ternyata Anda cukup pintar untuk menutup mata terhadap perawatan kesehatan Anda sendiri. Kini para dokter pun membebankan banyak hal pada pasien-pasiennya.

Rata-rata keluarga di AS menjumpai dokternya 20 kali sehari yang bisa mendorong adanya kunjungan yang tergesa-gesa dan kesalahan dokter yang tidak disengaja. Bahkan para dokter bisa saja bertanggung jawab terhadap perilaku kesehatan Anda yang buruk.

Oleh karena itu, Anda tak boleh berdiam diri saja. Untuk melindungi diri Anda sendiri, simak 7 tipe dokter yang harus Anda waspadai seperti dilansir dari MSNBC, Senin (4/6/2012) di bawah ini.

1. Dokter yang Suka Bikin Resep Panjang-Panjang
17 menit merupakan waktu rata-rata yang diperlukan dokter untuk mendengarkan keluhan Anda, mendiagnosis dan menuliskan resep obat untuk pasiennya. Jadi tidak mengherankan jika ada sejumlah dokter 'nakal' yang memanfaatkan resep obat untuk mendapatkan keuntungan.

Faktanya, dalam kurun waktu 1999-2009, jumlah resep yang ditulis dokter meningkat sebesar 39 persen padahal mungkin obat-obatan yang diresepkan tidak begitu diperlukan oleh pasien. Menurut data dari American Journal of Public Health, jumlah resep pil tidur telah meningkat 21 kali lebih cepat daripada jumlah keluhan kurang tidur yang dialami pasien.

Daripada begitu, lebih baik carilah sendiri beberapa metode untuk membantu Anda tidur lebih baik. Sayangnya, banyak pasien yang memilih untuk meminta resep pada dokter daripada mencari alternatif lewat internet, misalnya.

Cara mengatasinya: Sebelum mengonsumsi obat apapun, sebaiknya Anda tanyakan 3 hal ini kepada dokter Anda: Adakah alternatif selain obat yang bisa saya pakai dulu? Mengapa Anda memilih obat ini dibanding lainnya? Apa pro dan kontra menggunakan obat ini?

Jika dokter Anda mengabaikan ketiga pertanyaan di atas, itu saatnya Anda mencari dokter baru. Cek pula kemungkinan dokter pribadi Anda telah menerima suap dari sebuah perusahaan farmasi untuk memasok obat-obatan tertentu.

2. Dokter yang Kurang Tidur
Sebelum terbang, seorang pilot saja diharuskan untuk tidur sedikitnya 10 jam namun tidak ada pengaturan semacam ini bagi dokter yang juga bertanggung jawab terhadap beberapa nyawa di tangannya, bahkan seringkali mendapatkan giliran jaga selama 24 jam.

Padahal dokter yang kurang tidur memiliki dampak yang menakutkan. Misalnya seorang dokter bedah yang tidurnya kurang dari 6 jam di malam hari sebelum melakukan sebuah prosedur operasi akan menghadapi komplikasi pada operasinya dua kali lipat lebih banyak daripada rekan-rekannya yang beristirahat dengan cukup. Hal ini diungkapkan dalam Journal of the American Medical Association.

Dokter umum juga berisiko: dokumen yang harus ditangani oleh dokter dengan jumlah pasien yang besar akan membuatnya terus terjaga atau terlambat tidur dan berpotensi mengaburkan penilaian atau diagnosisnya keesokan harinya, ujar Charles Christopher Landrigan, M.D., direktur Sleep and Patient Safety Program, Brigham and Women's Hospital di Boston.

Cara mengatasinya: "Pasien berhak menanyakan kepada dokter apakah ia mendapatkan tidur yang cukup, terutama sebelum melakukan operasi," kata Landrigan. Ketika Anda akan menjalani operasi, tanyakan tentang jadwal dokter Anda dan pilih tanggal operasi yang berjauhan dengan giliran jaga panjangnya dimulai.

Kalau tidak, Anda juga bisa meminta operasi dilaksanakan pada pagi hari sebelum sang dokter kelelahan menangani pasien seharian penuh. Begitu juga bila Anda mendadak masuk UGD dan dokter Anda sangat sibuk, mintalah dokter lainnya untuk melihat kondisi Anda.

3. Dokter yang Berat Sebelah atau Tidak Netral
Sama halnya dengan orang-orang pada umumnya, seorang dokter juga bisa menghakimi sesuatu. Masalahnya, prasangka seorang dokter bisa mempengaruhi kesehatan Anda. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam The Journal of Law, Medicine & Ethics menemukan bahwa wanita yang memiliki gejala-gejala yang sama dengan pria cenderung tidak mendapatkan perawatan yang tepat karena dokternya biasanya berasumsi bahwa pasiennya melebih-lebihkan keluhan sakitnya.

Cara mengatasinya: Semua dokter seharusnya melihat dulu kondisi pasien dan mengesampingkan prasangkanya, ujar Richard Klein, M.D., penulis buku Surviving Your Doctors: Why the Medical System Is Dangerous to Your Health and How to Get Through It Alive.

Jika dokter menawab pertanyaan Anda dengan pernyataan-pernyataan umum misal "Oh, normal bagi wanita untuk merasa terlalu emosional" maka carilah dokter baru, tambah Klein.

Namun jika Anda merasa kurang beruntung dengan dokter pria, cobalah memakai jasa dokter wanita. Dokter wanita cenderung menghabiskan lebih banyak waktu dengan pasien hingga membangun hubungan kemitraan yang baik dengan pasien.

"Dokter wanita mungkin bisa mengenal pasien lebih baik sehingga dapat mengurangi sikapnya yang berat sebelah," kata Debra Roter, D.P.H. dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health.

4. Dokter Genit
Hubungan romantis antara dokter dan pasien merupakan hal yang sangat dilarang dalam dunia medis. Meski begitu, beberapa dokter akan menggunakan kekuatannya untuk melakukan hal-hal semacam itu (seperti halnya dilaporkan pada bulan Maret 2012, seorang dokter bedah dari Pennsylvania didenda 5.000 US dollar dan ijin praktiknya dicabut setelah tidur dengan salah seorang pasiennya).

Untuk memberikan perawatan yang terbaik, seorang dokter harus obyektif. Lagipula, "pasien harus merasa nyaman agar bisa jujur kepada dokternya, terutama tentang gejala-gejala yang menurutnya tak menarik padahal bisa saja itu berdampak signifikan," ungkap Pamela F. Gallin, M.D., penulis buku How to Survive Your Doctor's Care. Jika Anda bermaksud menggoda dokter Anda, Anda takkan menanyakan hal-hal yang Anda anggap memalukan.

Cara mengatasinya: Tak peduli seberapa menariknya dokter itu di mata Anda, ingatlah bahwa dokter tak boleh naksir pasiennya. Bahkan jika dokter itu hanya memberi godaan-godaan ringan pada Anda, lebih baik Anda mencari dokter baru. Begitu pula dengan perawat.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Label

Popular Posts

Comments

Recent Post

 
Support : Creating Website | Muhammad Fataroli Laia | Mas Taro
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2012. FASBI - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Taro